di Amerika orang desktop dulu baru mobile, di Indonesia langsung loncat smartphone, jadi penggunanya akan gila
Jakarta (ANTARA News) – CEO perusahaan game Touchten, Anton Soeharyo, menyebutkan potensi game di Indonesia tidak kalah besar dari Amerika Serikat.
“Sekarang ini contohnya game di Amerika, yang tadinya pasar game mobile dimulai sekitar 2 persen, sekarang sudah sekitar 68 persen. Jadi, Indonesia tidak akan berbeda,” kata dia, usai menjadi pembicara pada Tech in Asia Jakarta 2015, Kamis.
Banyaknya pengguna mobile dibanding PC di Indonesia, menurut Anton, menjadikan Indonesia pasar yang sangat potensial untuk game mobile.
“Itu satu pasar yang mungkin berbeda dengan Amerika, di Amerika orang desktop dulu baru mobile, di Indonesia langsung loncat smartphone, jadi penggunanya akan gila, jadi menurut saya potensinya sangat besar,” ujar dia.
“Saya prediksi pasar game mobile Indonesia akan 80 persen pada 2017, paling lama 2020,” sambung dia.
Agar game di Indonesia bertumbuh, Anton mengatakan produktif adalah kuncinya. Dalam hal ini, publisher juga berperan penting dalam pendanaan dan koneksi pasar.
“Tidak berhenti berkarya, jadi banyak orang yang “menikah” dengan project-nya, dan terlalu lama menghabiskan waktu di sana, sedangkan saran saya satu tahun jangan cuma bikin dua game, kalau bisa bikin bermacam-macam game kita enggak tahu mana yang akan berhasil,” kata Anton.
“Publisher untuk funding project dan koneksi ke market. Itu sangat penting, game developer hanya bisa membuat game tapi tidak bisa memasarkannya, peran publisher membuat game-game tersebut jatuh ke tangan gamer yang tepat,” lanjut dia.
Anton mengatakan, developer juga harus memikirkan pasar-pasar di luar Indonesia agar game dari Indonesia mendunia.
“Developer game Indonesia lebih ingin mencoba bercita rasa nusantara, itu bagus, cuma saran saya, kita jangan cuma melihat market Indonesia, tapi kita membuat game-game seperti Flappy Bird yang bisa didownload di seluruh dunia,” ujar Anton.
“Think Global, tapi Go local. Kita harus memikirkan pasar-pasar di luar Indonesia, tapi di Indonesia jangan ditinggalkan,” tambah dia.